🦭 Wayang Merupakan Hasil Motif Hias Seni Rupa

OrnamenOrganis Motif Manusia . Manusia merupakan salah satu objek dalam karya seni dekoratif yang memiliki beberapa unsur, baik secara terpisah seperti karya seni topeng, dan secara utuh seperti wayang kulit Ornamen Organis Motif Binatang . Penggambaran motif binatang dalam ornamen karya seni merupakan hasil penggubahan dari binatang di alam.

Daftar isiSejarah Seni WayangPengertian Seni WayangFungsi Seni WayangJenis-jenis Wayang1. Wayang Kulit2. Wayang Bambu3. Wayang Kayu4. Wayang OrangSeni wayang merupakan hasil karya seni rupa dua dimensi asal Indonesia yang sudah terkenal di terkenalnya, seni wayang dinobatkan sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity oleh ini adalah pembahasan mengenai apa itu seni wayang dan munculnya seni wayang sudah ada sejak zaman primitif di mana ketika itu wayang terbentuk dari kumpulan rumput-rumput yang diikat dan digerakkan satu sama itu wayang berkembang tak lagi menggunakan rerumputan saja, melainkan juga menggunakan kulit hasil buruan dan juga kulit ini diperkuat dengan adanya penemuan wayang kulit berumur sangat tua yakni sekitar abad ke 2 adanya pengaruh kerajaan Hindu Budha yang masuk ke dalam Indonesia, akhirnya seni wayang semakin tumbuh dan berkembang menciptakan alur cerita yang dapat dinikmati oleh ketika kerajaan Islam tumbuh dan perlahan menggeser kerajaan Hindu tokoh agama seperti Sunan Kalijaga ikut andil mengembangkan seni wayang yang digunakan dalam dakwahnya mengenai agama Kalijaga menciptakan seni wayang yang lebih menarik dan menyenangkan untuk ditonton yaitu dengan menambahkan iringan-iringan alat musik tradisional seperti sinilah akhirnya banyak daerah yang terus menciptakan inovasi-inovasi terbaru dan melahirkan berbagai macam jenis seni wayang semakin terkenal dan akhirnya dinobatkan sebagai warisan dari Indonesia dalam seni bertutur yang tak ternilai harganya di Seni WayangSeni Wayang merupakan jenis kesenian yang berasal dari Indonesia yang menggambarkan tentang alur cerita tertentu menggunakan boneka yang digerakkan oleh satu atau beberapa seni wayang umumnya diiringi oleh alat musik tradisional ansambel dan juga ada beberapa penyanyi wayang sangat populer di daerah Jawa dan Bali, meski di beberapa daerah lainnya seperti Sumatera, Semenanjung Melaya, dll juga terkenal karena sempat dipengaruhi oleh kebudayaan Jawa, Hindu dan Seni WayangBerikut ini adalah fungsi-fungsi dari adanya seni wayang diantaranyaSebagai wadah untuk melestarikan budaya daerah serta cerita-cerita penggambaran antara dua kelompok yang berbeda yaitu kelompok dengan watak yang baik dan kelompok dengan watak sarana untuk menanamkan jiwa sosial karena biasanya pagelaran wayang diadakan besar-besaran dan mengumpulkan banyak media untuk hiburan sarana pendidikan budi pekerti karena memberikan pesan-pesan dan amanat di dalam WayangBerikut ini merupakan jenis-jenis wayang diantaranya1. Wayang KulitWayang kulit merupakan jenis wayang yang terbuat dari lembaran kulit kerbau yang telah PurwaWayang Purwa merupakan jenis wayang kulit yang memiliki umur lebih tua dibandingkan jenis wayang Purwa berkisar antara cerita Ramayana dan MadyaWayang Madya merupakan wayang buatan Mangkunegara IV dan merupakan peralihan dari cerita wayang Purwa menuju ke cerita wayang wayang Madya yang paling terkenal adalah GedogWayang Gedog muncul di sekitar zaman kerajaan Kediri dan kerajaan wayang Gedog merupakan cerita antara Sri Gatayu hingga cerita Prabu Kuda DuparaWayang Dupara merupakan jenis wayang yang diciptakan oleh keponakan Mangkunegara IV tahun mengenai kerajaan Demak, kerajaan Mataram, kerajaan Pajajaran hingga masa WahyuWayang Wahyu merupakan jenis wayang kulit yang menampilkan tentang ajaran Kristiani terutama SuluhWayang Suluh merupakan jenis wayang kulit yang menceritakan kehidupan masyarakat KancilWayang Kancil merupakan jenis wayang kulit yang menceritakan tentang kehidupan seekor kancil disertai amanat-amanat di CalonarangWayang Calonarang merupakan wayang kulit khas Bali yang menceritakan tentang dunia magis dan KrucilWayang Krucil merupakan jenis wayang kulit yang berukuran kecil dari daerah Blora, Jawa SasakWayang Sasak merupakan jenis wayang kulit yang berasal dari daerah SadatWayang Sadat merupakan jenis wayang kulit yang dijadikan sebagai media dakwah penyebaran agama ParwaWayang Parwa merupakan jenis wayang kulit khas Bali yang membawakan cerita-cerita MahabharataWayang ArjaWayang Arja merupakan jenis wayang kulit buatan seorang dalang bernama I Made Sidja sekitar tahun GambuhWayang Gambuh merupakan jenis wayang kulit khas Bali yang cerita ceritanya mirip seperti wayang BeberWayang Beber merupakan jenis wayang kulit yang dibeber atau direntangkan berupa lembaran-lembaran dan muncul di jaman sebelum Islam masuk ke Wayang BambuWayang bambu merupakan wayang yang terbuat dari bahan berupa batang bambu bagian wayang bambu adalah Wayang Golek Langkung yang berasal dari Wayang KayuWayang kayu merupakan jenis wayang yang dibuat dari bahan contohnya Wayang Klithik yang terbuat dari bahan kayu Wayang OrangWayang orang merupakan jenis wayang yang diperankan oleh manusia dua jenis wayang orang yaituWayang GungWayang jenis ini berasal dari daerah Kalimantan lebih tepatnya dimainkan oleh para suku TopengWayang jenis ini dimainkan oleh orang-orang yang menggunakan topeng dan dibarengi oleh tabuhan tabuhan musik tradisional seperti gamelan.
Ragamhias merupakan karya seni rupa yang diambil dari bentuk-bentuk flora (tumbuhan), fauna (hewan), figural (manusia), polygonal, dan bentuk geometris. Sedangkan, motif hias merupakan bentuk dasar dan pokok pikiran dalam perwujudan ragam hias, meliputi segala bentuk alami ciptaan Tuhan seperti binatang, tumbuhan, manusia, gunung, air Seni tradisi adalah seni yang menjadi bagian hidup masyarakat suatu suku bangsa tertentu. Pada awalnya seni tradisi menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari acara atau upacara ritual, baik di lingkungan istana maupun di kalangan masyarakat suatu saat dapat saja seni tradisi musnah, lenyap ditelan zaman tidak lagi ditampilkan, disebabkan keengganan dan ketidakmauan masyarakat untuk melestarikan maupun mengikuti tradisi Patih sabrangan, wayang gedog. mungkin gagrag MangkunegaranSeiring dengan perkembangan zaman yang mana kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang berimbas pada meningkatnya taraf hidup masyarakat, tingkat kemakmuran yang semakin tinggi dengan efek adanya kompetisi di berbagai bidang menuntut adanya efisiensi, kepraktisan dalam segala hal, serba instan, praktis, dari sinilah bermula semakin memudarnya seni tradisi yang semakin kurang diminati masyarakat. Diperlukan kearifan dari para pemangku kepentingan di bidang seni tradisi untuk menyiasati perubahan tersebut dan rasa memiliki serta kepedulian masyarakat sehingga seni tradisi tetap diminati masyarakat, menjadi kebanggaan Juga Pengaruh Wayang dalam Karya Sastra, Tokoh dan Watak Karakter Wayang Kulit Jawa Budaya Asli IndonesiaSeni Rupa Tradisi ini dikelompokkan menjadi karya seni rupa dua dimensi tradisi, karya seni rupa tiga dimensi tradisi, dan karya seni kriya Karya Seni Kriya TradisiSeni kriya adalah cabang seni rupa yang proses pembuatannya sangat memerlukan keahlian yang tinggi craftsmanship, sehingga seniman hampir tidak dapat menyisihkan perhatiannya untuk berekspresi. Seni kriya termasuk seni rupa terapan applied art/useful art yang lebih mengedepankan aspek nilai guna dan keindahan/estetika bagi kehidupan manusia. Aspek kegunaan atau fungsi menyangkut nilai praktis dari produk kriya, sehingga proses pembuatannya memerlukan pertimbangan seperti kenyamanan, keluwesan keindahan, diperoleh apabila mempertimbangkan faktor ergonomi, yakni dalam rancangannya memperhitungkan ukuran dan bentuk yang sesuai dengan ukuran proporsi anatomi manusia. Aspek keluwesan diperoleh apabila rancangannya mempertimbangkan fungsi benda kriya, hubungan antara bentuk benda dengan nilai keamanan berkaitan juga dengan faktor ergonomi yaitu agar tidak mencelakakan atau melukai pemakainya. Aspek keindahan atau estetika juga berperan penting dalam merancang sebuah benda kriya. Nilai keindahan akan memberi makna kebanggaan bagi pemilik atau pemakainya. Aspek bahan berpengaruh pada penentuan teknik, bentuk dan kualitas dari benda kriya yang dibuat. Pemakaian bahan alami seperti kulit, kayu, kapas dan sebagainya umum seni kriya tradisi selain mempertimbangkan aspek di atas juga yang paling penting adalah pertimbangan aspek filosofis. Contohnya pada wayang kulit, pembuatnya harus memahami betul tentang aturan baku pakem pembuatan wayang kulit, mulai dari menggambar/menyeket, mempola figur wayang kulit, memahat, mewarnai, finishing akhir dan sebagainya, pembuat harus mengikuti pedoman baku pembuatan wayang kulit perubahan bisa berlaku apabila wayang kulit yang dibuat merupakan karya kreasi baru, gubahan atau karya tradisi memiliki aturan baku. Dalam menenun tradisi pun, seorang penenun juga terikat dengan aturan baku tersebut, seperti misalnya dalam penentuan motif tenunan, seperti tampak pada tenunan ulos dan tradisi pun memiliki motif-motif baku sesuai daerah masing-masing, seperti motif Lasem, Banyumas, Pekalongan, Surakarta, Madura, dan Hias ornamen tradisi juga memiliki aturan baru pakem sesuai daerahnya masing-masing. Seperti motif hias pada ukiran yang diterapkan pada produk furniture misalnya kursi, meja, almari, dan tempat tidur. Motif ukirannya antara lain Jepara, Bali, Pajajaran, Palembang, Minangkabau, Batak, Kalimantan, ukiran Asmat, dan Toraja. Masing-masing memiliki bentuk motif hias ornamen beragam hasil seni tradisi di Indonesia sudah sepatutnya untuk dijaga, dilestarikan, dikembangkan dan dijadikan sumber kebudayaan nasional Juga Pengertian Wayang Kulit, Budaya Jawa Asli Indonesia yang Mendunia Disukai Kaum BuleWayang KulitWayang kulit adalah seni tradisional Indonesia yang berkembang khususnya di wayang dari kata Ma Hyang, artinya menuju kepada roh spiritual, dewa atau Tuhan yang Maha Esa. Namun ada juga yang mengartikan “bayangan”, bahasa Inggrisnya shadow plays, permainan bayangan, puppet artinya wayang kulit dilakukan oleh seorang dalang, sebagai narator dialog dari tokoh pewayangan yang dimainkan, diiringi dengan orkestra musik gamelan yang dimainkan oleh sekelompok pengiring/nayaga dan nyanyian oleh wayang dilakukan dibalik kelir layar yang terbuat dari kain putih, disoroti lampu listrik dahulu lampu minyak yang disebut blencong. Para penonton melihat bayangan yang jatuh di atau cerita pewayangan diambil dari naskah Mahabharata, Ramayana dan cerita oleh Badan PBB UNESCO ditetapkan sebagai “Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity” pada tanggal 7 Nopember fisik, wujud wayang kulit dibuat dari lembaran kulit kerbau yang telah disamak. Lembaran kulit kerbau tersebut lalu dipahat dengan menggunakan tatah besi berujung runcing dalam berbagai bentuk dan ukuran serta berbeda membuat lubang ukiran pada lembar kulit, mewarnai, menghias dengan motif ornamen yang telah baku, merekonstruksi, memasang bagian anatomi tubuh wayang seperti tangan, lengan bagian atas dan siku, disambung memakai sekrup kecil terbuat dari tanduk Juga Pengertian Wayang, Asal-Usul Wayang Kulit sebagai Seni Pertunjukkan Budaya Asli IndonesiaSumber wawasan seni dan desain jilid 1
Sedikitberbeda dengan wayang Potehi yang memang masih sangat kental unsur-unsur 'ketionghoaannya' dengan dibawakan pada awalnya dengan dialek Hokkien, musik dan tokoh-tokoh asal China (meski saat ini telah menajdi bagian dari kekayaan nusantara hasil akulturasi khas Indonesia). Wayang Potehi berasal dari China bagian selatan dan telah berumur sekitar 3000 tahun.
0% found this document useful 0 votes491 views9 pagesDescriptionwayang adalah adalah seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Jawa. Wayang berasal dari kata 'Ma Hyang' yang artinya menuju kepada roh spiritual, dewa, atau Tuhan Yang Maha Esa. Ada juga yang mengartikan wayang adalah istilah bahasa Jawa yang bermakna 'bayangan', hal ini disebabkan karena penonton juga bisa menonton wayang dari belakang kelir atau hanya bayangannya saja. Wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang yang juga menjadi narator dialog tokoh-tokoh wayang, dengan diiringi oleh musik gamelan yang dimainkan sekelompok nayaga dan tembang yang dinyanyikan oleh para pesinden. Dalang memainkan wayang kulit di balik kelir, yaitu layar yang terbuat dari kain putih, sementara di belakangnya disorotkan lampu listrik atau lampu minyak blencong, sehingga para penonton yang berada di sisi lain dari layar dapat melihat bayangan wayang yang jatuh ke kelir. Untuk dapat memahami cerita wayang lakon, penonton harus memiliki pengetahuan akan tokoh-tokoh wayang yang bayangannya tampil di layar.[1] Secara umum wayang mengambil cerita dari naskah Mahabharata dan Ramayana, tetapi tak dibatasi hanya dengan pakem standard tersebut, ki dalang bisa juga memainkan lakon carangan gubahan. Beberapa cerita diambil dari cerita Panji. Pertunjukan wayang kulit telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan berharga Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity . Wayang kulit lebih populer di Jawa bagian tengah dan timur, sedangkan wayang golek lebih sering dimainkan di Jawa Barat.[2]Copyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes491 views9 pagesSeni Rupa Dalam WayangDescriptionwayang adalah adalah seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Jawa. Wayang berasal dari kata 'Ma Hyang' yang artinya menuju kepada roh spiritual, dewa, atau Tuhan Yang Maha E…Full description You're Reading a Free Preview Pages 5 to 8 are not shown in this preview. Ragamhias adalah karya seni rupa dari penggambaran bentuk imajinasi, pikiran, dan kreativitas seniman yang dituangkan dalam bentuk gambar dekoratif baik itu berupa flora (tumbuhan), fauna (binatang), geometris, dan figuratif (objek manusia). Adapun motif dari ragam hias itu dapat dijabarkan sebagai berikut: AbstrakPara pencipta karya keramik di Indonesia terlihat telah berusaha mengangkat muatan tradisi khas Indonesia untuk mengimbangi dominasi kuasa produk keramik image Cina yang ada di Indonesia. Wayang khas Bali adalah salah satu motif tradisi yang sering dipilih dalam menciptakan karya-karya kriya keramik ini. Penulisan atikel ini bertujuan untuk membahas penciptaan karya-karya keramik yang terinspirasi dari motif wayang khas Bali. Penelitian ini memfokuskan bahasan pada jenis-jenis karya yang diwujudkan, teknik pembentukan, teknik penerapan ornamen, tokoh-tokoh wayang khas Bali yang divisualkan dan kualitas garapan dari karya-karya tersebut. Metode pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan dokumentasi, analisis data dilakukan dengan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karya-karya yang diwujudkan pada penciptaan keramik ini jenisnya terdiri dari guci dalam berbagai variasi dan ukuran, tempat lampu, dan dalam bentuk lukisan. Teknik pembentukan karya dikerjakan dengan teknik putar dan slab, dan penerapan ornamen dikerjakan dengan teknik lukis, ukir, dan toreh. Tokoh-tokoh wayang yang dominan dipilih dalam penciptaan ini, diambil dari seri ceritera Ramayana maupun Mahabrata, misalnya tokoh Rama, Sinta, Laksmana, Anoman, Bima, dan Arjuna. Kualitas garapan karya masing-masing pencipta cukup baik. Hal ini bisa dilihat dari kerapian garapan dan kerumitan bentuk ornamen. Simpulan yang dapat disampaikan bahwa karya-karya keramik hasil ciptaan ini mampu menjadi pembeda ditengah maraknya keramik bernuansa Cina di Kunci ornamen; wayang; penciptaan; seni; ceramic creators in Indonesia seems to have tried to lift the content of the typical Indonesian tradition to offset the power dominance of the Chinese image ceramic products in Indonesia. The Balinese puppets were one of the traditional motifs often chosen to creating these ceramics crafts. The article writing aims discussed the ceramic work's creation inspired by Balinese puppet motifs. This research focused on the types of works that are realized, the formation techniques, the applying ornaments techniques, the character figures that visualized and the quality of the works. The data collection method was done by observation and documentation, data analysis done with qualitative descriptive. The results showed that the ceramic works embodied consisted of jars in various variations and sizes, places of lights, and in the form of paintings. The technique forming work is done with swivel and slab techniques, and the ornaments application was done by painting, carving, and incising techniques. The dominant puppet characters chosen in this creation were taken from the Ramayana and Mahabharata stories, for example, the characters Rama, Sinta, Laksmana, Anoman, Bima, and Arjuna. The work quality of each creator was quite good. This can be seen from the neatness of the claim and the form complexity of the ornaments. The conclusions that can be conveyed were that the ceramics produced were able to make a difference in the midst of the rise of Chinese nuanced ceramics in ornaments; puppet; creation; art; ceramic. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Gorga Jurnal Seni Rupa Volume 08 Nomor 02 Juli-Desember 2019 p-ISSN 2301-5942 e-ISSN 2580-2380 Disubmit 13 September 2019, direview 19 September 2019, dipublish 13 Oktober 2019. MOTIF TRADISI WAYANG KHAS BALI PADA PENCIPTAAN SENI KERAMIK I Wayan Mudra1*, I Gede Mugi Raharja2* , I Wayan Sukarya3* Program Studi Kriya, Program Studi Desain Interior, dan Program Studi Seni Murni Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar Jl. Nusa Indah, Sumerta, Kota Denpasar, Kode Pos 80235 Bali. Indonesia Email wayanmudra Abstrak Para pencipta karya keramik di Indonesia terlihat telah berusaha mengangkat muatan tradisi khas Indonesia untuk mengimbangi dominasi kuasa produk keramik image Cina yang ada di Indonesia. Wayang khas Bali adalah salah satu motif tradisi yang sering dipilih dalam menciptakan karya-karya kriya keramik ini. Penulisan atikel ini bertujuan untuk membahas penciptaan karya-karya keramik yang terinspirasi dari motif wayang khas Bali. Penelitian ini memfokuskan bahasan pada jenis-jenis karya yang diwujudkan, teknik pembentukan, teknik penerapan ornamen, tokoh-tokoh wayang khas Bali yang divisualkan dan kualitas garapan dari karya-karya tersebut. Metode pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan dokumentasi, analisis data dilakukan dengan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karya-karya yang diwujudkan pada penciptaan keramik ini jenisnya terdiri dari guci dalam berbagai variasi dan ukuran, tempat lampu, dan dalam bentuk lukisan. Teknik pembentukan karya dikerjakan dengan teknik putar dan slab, dan penerapan ornamen dikerjakan dengan teknik lukis, ukir, dan toreh. Tokoh-tokoh wayang yang dominan dipilih dalam penciptaan ini, diambil dari seri ceritera Ramayana maupun Mahabrata, misalnya tokoh Rama, Sinta, Laksmana, Anoman, Bima, dan Arjuna. Kualitas garapan karya masing-masing pencipta cukup baik. Hal ini bisa dilihat dari kerapian garapan dan kerumitan bentuk ornamen. Simpulan yang dapat disampaikan bahwa karya-karya keramik hasil ciptaan ini mampu menjadi pembeda ditengah maraknya keramik bernuansa Cina di Indonesia. Kata Kunci ornamen; wayang; penciptaan; seni; keramik. Abstract The ceramic creators in Indonesia seems to have tried to lift the content of the typical Indonesian tradition to offset the power dominance of the Chinese image ceramic products in Indonesia. The Balinese puppets were one of the traditional motifs often chosen to creating these ceramics crafts. The article writing aims discussed the ceramic work's creation inspired by Balinese puppet motifs. This research focused on the types of works that are realized, the formation techniques, the applying ornaments techniques, the character figures that visualized and the quality of the works. The data collection method was done by observation and documentation, data analysis done with qualitative descriptive. The results showed that the ceramic works embodied consisted of jars in various variations and sizes, places of lights, and in the form of paintings. The technique forming work is done with swivel and slab techniques, and the ornaments application was done by painting, carving, and incising techniques. The dominant puppet characters chosen in this creation were taken from the Ramayana and Mahabharata stories, for example, the characters Rama, Sinta, Laksmana, Anoman, Bima, and Arjuna. The work quality of each creator was quite good. This can be seen from the neatness of the claim and the form complexity of the ornaments. The conclusions that can be conveyed were that the ceramics produced were able to make a difference in the midst of the rise of Chinese nuanced ceramics in Indonesia. Keywords ornaments; puppet; creation; art; ceramic. PENDAHULUAN Kehadiran karya keramik ada yang berfungsi pakai, ada yang berfungsi hias untuk memperindah ruangan dan ada yang berfungsi pakai dan hias. Keramik juga dapat dipandang sebagai karya seni berupa dua dimensi atau tiga dimensi Susanto dalam Isnaini, 2016137. Demikian juga karya keramik dapat dipahami sebagai karya untuk menyampaikan ekspresi seni, sehingga ada sebutan keramik seni dan seni keramik yang pada akhirnya keduanya bernilai ekonomi. Para era globalisasi saat ini pembuatan benda-benda keramik oleh perajin di Indonesia telah banyak Gorga Jurnal Seni Rupa Volume 08 Nomor 02 Juli-Desember 2019 p-ISSN 2301-5942 e-ISSN 2580-2380 Disubmit 13 September 2019, direview 19 September 2019, dipublish 13 Oktober 2019. dipengaruhi oleh kebutuhan pasar, sehingga jati diri yang menjadi tradisi produk kerajinan sebelumnya makin lama makin tenggelam dan bergeser kebentuk-bentuk inovatif yang mengabdi pada kebutuhan pasar. Pasar memiliki kuasa besar dalam mengubah haluan perajin dalam menghasilkan karya. Akhirnya muncullah produk-produk kriya yang menekankan komsumsi, ekonomi dan individual yang terlepas dari muatan tradisi sebelumnya. Muatan tradisi sebelumnya sering dianggap mengekang kebebasan berinovasi, sehingga harus ditinggalkan demi mengabdi pada kebutuhan pasar. Pada era global ini manusia diyakini lemah dalam menghargai tradisi dan mudah meninggalkan tradisi, karena dianggap tidak sesuai zamannya Mudra, dkk, 2019184. Terkait dengan hal di atas Martono mencontohkan produk-produk kriya keramik Kasongan telah dipengaruhi oleh barat, karena pasarnya yang produktif datang dari Eropa. Bentuk-bentuk kriya keramik khas Kasongan yang sebelumnya ada seperti kuda beban, naga, dan bentuk desain lainnya, semakin sulit ditemukan di sentra perajin. Demikian juga jenis produk kriya lainnya di daerah-daerah di Indonesia seperti kuningan di Juwana Pati, kriya logam Mojokerto, Boyolali dan sebagainya Martono, 201023. Pencipta kriya yang khusus menekuni kriya keramik dalam berkarya kecendrungannya mengarah ke kriya keramik seni. Mereka para kriyawan Indonesia ini dalam berkarya melakukan inovasi yaitu dengan mengangkat unsur-unsur muatan lokal yang ada di suatu daerah. Seniman keramik Indonesia seperti F Widiyanto, Suhaemi, Hildawati, Legganu dan Hendrawan, beberapa diantaranya banyak yang mengangkat identitas lokal Indonesia. F. Widayanto adalah satu seniman yang lahir di Jakarta 1953, menekuni pembuatan keramik sering menampilkan karya bernuansa khas Indonesia. Karya-karya keramik F. Widayanto yaitu Loro Blonyo, Ganesha-Ganeshi, Drupadi, Semar, dan lain-lain. Namun seniman-seniman keramik tersebut masih jarang yang mengangkat motif wayang Indonesia khususnya wayang khas Bali sebagai ide penciptaan dalam berkarya. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengkaji jenis-jenis karya yang diwujudkan, teknik pembentukan, teknik penerapan ornamen, tokoh-tokoh wayang khas Bali yang divisualkan dan kualitas garapan dari karya-karya tersebut. KAJIAN TEORI Kesenian wayang di Indonesia dapat dijumpai dalam bentuk wayang kulit yang dapat dijadikan sumber inspirasi untuk berkarya. Wayang kulit adalah satu di antara budaya seni Indonesia yang beragam dan diyakini sebagai kebudayaan asli Indonesia. Penyelidikan Profesor Kern dan Brandes menunjukkan, bahwa wayang diperkaya dan dibesarkan oleh kebudayaan Hindu. Akan tetapi, wayang yang ada di Indonesia tidak terpaku pada epos India, karena sudah disesuaikan dengan kebudayaan Indonesia Mulyono, 1978 9. Wayang kulit yang dipentaskan maupun yang diwujudkan dalam karya seni rupa di Indonesia memiliki motif bentuk yang berbeda-beda bagi setiap daerah dan tidak semua daerah memiliki tradisi menekuni kesenian wayang. Di daerah Bali, pertunjukan wayang sudah ada sejak abad ke-9. Hal ini dapat diketahui dari Prasasti Bebetin, yang menjelaskan bahwa di Bali sudah ada pertunjukan wayang pada masa pemerintahan Raja Ugrasena, Tahun Saka 818 atau 896 Masehi Tim Penyusun, 1974/1975 23. Goslings dalam Arthanegara, 1977 3 bahkan menyatakan, bahwa wayang Bali lebih tua dari pada wayang Jawa, karena bentuk relif wayang pada Candi Jago abad ke-13 di Desa Tumpang dekat Malang, mirip bentuknya dengan wayang Bali. Sedangkan pada bangunan-bangunan kuno di Jawa tidak ditemukan relief bermotif wayang Jawa. Pada saat Raja Gelgel, Dalem Ketut Semara Kepakisan, diundang muntuk menghadiri Upacara Crada di Kerajaan Majapahit pada 1362, diberi hadiah sekotak wayang waktu pulang ke Bali Kanta, 1977/ 1978 10. Demikian pula pada masa pemerintahan Dalem Waturenggong, Raja Majapahit juga memberi hadiah sekotak wayang Arthanegara, dkk, 1980/1981 11. Berdasarkan bukti-bukti yang ada, maka wayang telah diakui oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa UNESCO 7 November 2003, sebagai pertunjukkan bayangan boneka tersohor milik Indonesia, warisan mahakarya dunia yang tak ternilai dalam seni bertutur Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity Nurgiyantoro, 20117. Wayang memiliki nilai yang tinggi bagi kehidupan manusia sehingga diakui sebagai karya yang agung. Demikian juga tokoh-tokoh dan ceritera wayang sarat dengan nilai-nilai kehidupan manusia yang perlu diteladani dan dihindari. Maka dari itu sangatlah tepat diterapkan dalam penciptaan sebuah karya seni untuk bisa menyampaikan karakter kehidupan kepada masyarakat luas, seperti yang dilakukan dalam penciptaan karya-karya seni keramik. Gorga Jurnal Seni Rupa Volume 08 Nomor 02 Juli-Desember 2019 p-ISSN 2301-5942 e-ISSN 2580-2380 Disubmit 13 September 2019, direview 19 September 2019, dipublish 13 Oktober 2019. METODE PENELITIAN Tulisan ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif. Penelitian ini termasuk penelitian sampel, pengambilan data dilakukan di Kota Denpasar, khususnya pada Perguruan Tinggi Institut Seni Indonesia Denpasar. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi dan dokumentasi, serta penentuan sumber data dengan proposive sampling yaitu sesuai dengan tujuan peneliti. Analisis data menggunakan metode hermeneutik, yaitu menginterpretasi teks atau subjek penelitian yaitu visual karya-karya keramik yang terinspirasi dari motif wayang khas Bali. dalam karya-karyanya. HASIL DAN PEMBAHASAN Beberapa pencipta kriya keramik yang telah menerapkan wayang motif khas Bali dalam penciptaan kriya keramik adalah I Wayan Mudra dan I Gede Yuliawan. Kedua pencipta ini adalah pencipta dari kalangan akademik yaitu Program Studi Kriya Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar. Mudra menciptakan beberapa karya keramik yang terinspirasi dari motif wayang khas Bali telah dilakukan mulai tahun 2018 sampai tahun 2019. Penciptaan ini merupakan realisasi dari Penelitian Penciptaan dan Penyajian Seni P3S dari Kemenristekdikti Republik Indonesia yang didanai 2018 dan 2019. Perwujudan karya ini melibatkan dua mitra, yaitu Tri Surya Keramik untuk proses pembentukan badan keramik dan proses pembakaran, dan untuk penerapan dekorasi dengan teknik lukis melibatkan mitra I Wayan Roky. Karya-karya yang diwujudkan oleh Mudra terdiri dari guci dan sangku yang divariasikan dalam beberapa bentuk dan ukuran. Motif wayang khas Bali diterapkan pada karya keramik dengan teknik lukis. Ide-ide penciptaan karya-karya yang diwujudkan terinspirasi dari bentuk gerabah Lombok, gerabah Yogyakarta yang dipasarkan di Bali yang banyak diperdagangkan di Desa Kapal Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung Bali. Sedangkan penciptaan produk lainnya terinspirasi dari bentuk benda yang disebut sangku. Sangku dalam keseharian masyarakat Bali digunakan sebagai tempat air suci tirta pada saat melaksanaan upacara keagamaan. Selain di Bali, sangkau juga diduga masih digunakan sebagai perangkat upacara di daerah Tengger dan umumnya terbuat dari bahan logam. Sangku di daerah Tengger disebut prasen Atika, 2017. Keramik ciptaan Mudra ini dibentuk dengan teknik putar elektrick wheel dan tiga kali proses tahapan pembakaran yaitu pertama tahapan pembakaran bisquit, kedua tahap pembakaran glasir dan ketiga tahap pembakaran ornamen. Penerapan ornamen pada karya ini dilakukan dengan teknik lukis pada permukaan badan keramik. Objek ornamen yang dipilih adalah tokoh-tokoh motif wayang khas Bali dari ceritera Ramayana yang masih terkait dalam satu cerita singkat. Adegan cerita pewayangan tersebut berusaha menampilkan cerita yang memiliki nilai-nilai kebaikan dan toleransi. Satu dari beberapa karya Mudra berjudul “Guci Sugriwa Subali” seperti terlihat pada gambar 1 di bawah, berbentuk silinder berukuran tinggi 70 cm dan garis tengah badan 45 cm. Karya ini dibuat dengan teknik putar dalam tiga kali sambungan, artinya pembuatan badan keramik ini terdiri dari 3 tahapan. Tahapan pertama membuat badan keramik bagian bawah yang sering disebut bagian pantat, tahap kedua membentuk badan keramik bagaian tengah dan ketiga membentuk badan keramik bagian kepala. Kemudian dalam keadaan masih plastis bagian-bagian badan keramik tersebut disambung membentuk satu badan keramik yang utuh, terakhir dibentuk bagian tutup. Secara keseluruhan proses pembentukan badan keramik ini terdiri dari empat tahapan. Setelah proses pembentukan selesai dilanjutkan dengan proses pembakaran bisquit atau proses pembakaran pertama, kemudian proses pembakaran glasir transparan. Tahapan selanjutnya adalah proses penerapan ornamen motif wayang khas Bali yaitu style wayang Kamasan. Penerapan ornamen ini dilakukan dengan teknik lukis. Proses terakhir dari perwujudan keramik ini adalah proses pembakaran ornamen dengan suhu mencapai 1000oC. Pada karya “Guci Sugriwa Subali” ini diterapkan ornamen tokoh wayang bernama Sugriwa, Subali dan Rama. Tokoh Sugriwa dan Subali yang kakak beradik ini sesuai kisahnya digambarkan sedang perang antar saudara, berlangsung dengan sengit dan tidak ada yang mau mengalah. Kedua tokoh digambarkan pada beberapa sisi badan keramik yang dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian atas dan bawah. Tokoh Rama kemudian mengakhiri pertarungan tersebut dengan memanah Subali hingga tewas. I Gede Yuliawan, seorang pencipta keramik seni dalam berkarya juga terinpirasi dari motif wayang khas Bali yang diwujudkan dalam bentuk karya-karya tempat lampu. Bentuk-bentuk karya Yuliawan terdiri Gorga Jurnal Seni Rupa Volume 08 Nomor 02 Juli-Desember 2019 p-ISSN 2301-5942 e-ISSN 2580-2380 Disubmit 13 September 2019, direview 19 September 2019, dipublish 13 Oktober 2019. dari beberapa desain tempat lampu diberi judul sesuai dengan figure wayang yang divisualkan pada karya-karyanya, misalnya Tempat Lampu Hanoman dan Rahwana, Tempat Lampu Rama dan Laksmana, Tempat Lampu Rama Dan Sita, Tempat Lampu Sugriwa dan Subali, Tempat Lampu Jetayu, Tempat Lampu Anggada dan Hanoman, Tempat Lampu Hanoman, Tempat Lampu Rahwana, Tempat Lampu Anggada dan Subali, dan Tempat Lampu Rama Memanah Kijang. Beberapa karya Yuliawan dibentuk dengan teknik putar dan beberapa karya lainnya dibentuk dengan teknik cetak. Ornamen motif wayang khas Bali diterapkan dengan teknik tempel, ukir, dan toreh, sedangkan proses finishing dilakukan dengan pengglasiran pada badan keramik sebagai latar belakang dan pemberian warna non glasir pada objek wayang. Karya-karya tempat lampu ciptaan Yuliawan dilengkapi dengan penutup atas terbuat dari kain diberi ornamen motif wayang Kamasan. Penerapan ornamen motif wayang pada penutup tempat lampu ini bertujuan untuk membuat keselarasan ornamen antara bodi keramik dengan kap lampunya. Gambar 2 karya “Tempat Lampu Hanoman dan Rahwana” di bawah, didekorasi menggunakan teknik toreh dan ukir, pewarnaan menggunakan glasir warna ivory sebagai warna dasar pada badan tempat lampu, Sedangkan warna figur tokoh Hanoman dan Rahwana menggunakan cat warna sintetis diterapkan dengan teknik sigar. Pada bagian bawah badan tempat lampu ini dikombinasikan dengan kayu yang bentuknya disesuaikan dengan badan keramik yang berfungsi sebagai dudukan dan tempat memasang kabel lampu. Karya Yuliawan lainnya gambar 3 di bawah berjudul “Tempat Lampu Rama Sinta”, memvisualkan tokoh Rama dan Sita dalam cerita Ramayana. Badan keramik tempat lampu ini dibuat berbentuk kotak yang mengecil pada bagian atas, dan dibuat dengan teknik slab. Penerapan ornamen figur wayang dikerjakan dengan teknik toreh dan ukir. Badan keramik tempat lampu ini diglasir berwarna hitam dan pada bagian ornamen difinishing dengan cat minyak keramik dengan teknik sigar. Pada karya ini juga ditambahkan alas dari bahan kayu pada bagian bawah karya, bentuknya disesuaikan dengan bentuk persegi badan keramik bagian bawah. Pada karya ini digambarkan saat pengasingan Rama, Sita, dan Laksmana di hutan. Saat itu seekor kijang berbulu keemasan berjalan mendekati Sita, dan Sita mencoba menangkapnya tetapi gagal dan kijangpun lari. Sita meminta Rama menangkap kijang, akhirnya Sita tinggal sendiri di tempat karena ditinggal Rama menangkap kijang yang lari. Laskmana juga ikut membantu Rama menangkap kijang. Pada saat Sita ditinggal oleh Rama dan Laksmana, saat itu Sita diculik Rahwana dan dibawa ke Alengka, Sudjarwo, dkk, 2010 346-368. Karya keramik lain yang terinpirasi dari motif wayang khas Bali adalah karya hiasan dinding yang terdiri dari sembelan bentuk tegel, kemudian dibingkai seperti karya lukisan terlihat pada gambar 4 di bawah. Karya ini merupakan koleksi Balai Teknologi Industri Kreatif Keramik BTIKK Bali. Tokoh wayang yang diangkat sebagai objek utama pada karya ini adalah Sita dan seorang Resi, dibuat dengan teknik tempel dan ukiran tipis sehingga menyerupai pandil. Pada karya ini juga digambarkan objek pohon besar yang diposisikan pada sisi bagian kiri dan kanan. Motif daun pohon dibuat dengan motif yang berbeda untuk memunculkan keragaman bentuk pada latar belakang karya. Sedangkan pada bagian bawah objek karya divisualkan tanaman-tanaman kecil dan bentuk-bentuk bebatuan yang digambarkan lingkaran-lingkaran dalam bentuk kekarangan. Karya ini menampilkan kerapian dan kerumitan yang cukup tinggi dan penerapan warna lembut dengan teknik lukis. Gambar 1. Guci Subali Sugriwa. Sumber Mudra, 2018 Gorga Jurnal Seni Rupa Volume 08 Nomor 02 Juli-Desember 2019 p-ISSN 2301-5942 e-ISSN 2580-2380 Disubmit 13 September 2019, direview 19 September 2019, dipublish 13 Oktober 2019. Gambar 2. Tempat Lampu Hanoman dan Rahwana. Sumber Yuliawan, 2015 Gambar 3. Tempat Lampu Rama dan Sinta. Sumber Yuliawan, 2015 Gambar 4. Hiasan Dinding Keramik Ornamen Sinta dan Pendeta. Sumber BTIKK Bali, - Penciptaan karya-karya Mudra ini lebih cendrung menghadirkan fungsi hias dibandingkan fungsi praktisnya atau nilai gunanya. Fungsi hias yang dimaksud adalah nilai-nilai keindahan dan kerumitan dalam perwujudannya dibandingkan nilai fungsi dari karya tersebut. Penilaian tersebut diperoleh jika mengacu kepada pendapat Husen Hindrayana 20186 yang mengelompokkan karya seni kriya menjadi tiga yaitu karya seni yang cendrung menghadirkan nilai keindahan, kualitas teknik pengerjaan dan fungsi. Ornamen motif wayang khas Bali yang dibuat dengan kerumitan yang cukup tinggi memang dihadirkan untuk memunculkan nilai keindahan. Ornamen motif wayang khas Bali yang ditampilkan berusaha divisualkan semaksimal mungkin memiliki motif karakter Bali yang sering dikenal sebagai lukisan wayang gaya Kamasan. Lukisan wayang gaya Kamasan ini telah menjadi acuan dalam menggambar wayang dan menghasilkan berbagai produk kriya di Bali. Lukisan wayang Kamasan adalah lukisan tradisi yang berkembang di Desa Kamasan Kabupaten Klungkung Bali, memiliki identitas yang sangat khas dan unik, terikat oleh pakem, nilai, norma, dan ketentuan yang bersifat mengikat dan baku Mudana, 2017. Dengan demikian penciptaan karya keramik ini memiliki tujuan untuk menampilkan keindahan bentuk yang khas melalui ornamen wayang Kamasan yang divisualkan pada badan keramik dengan penerapan teknik lukis. Tokoh Subali dan Sugriwa pada guci karya Mudra di atas, dalam episode Ramayana sering muncul pada lakon Guwarsa Guwarsi, atau lakon Sugriwa Subali, atau sering disebut dengan lakon Cupu Manik Astagina. Lakon tersebut cukup popular di kalangan penggemar wayang kulit. Subali dalam cerita pewayangan digambarkan sebagai tokoh yang memiliki watak keras, pemarah, temperamen, tanpa berfikir panjang dalam memutuskan segala sesuatu. Serat Pedalangan Ringgit Purwa Mangkunegara VII 74 menulis pada adegan ketika Subali terkurung di dalam gua tanpa berfikir panjang Sugriwa menutup goa tersebut. Subali beranggapan Sugriwa sengaja menutup pintu gua untuk mendapatkan Dewi Tara. Pada cerita lain penutupan goa dimaksudkan sebagai upaya Sugriwa menepati pesan Subali jika terjadi darah putih keluar supaya lobang goanya ditutup. Namun hal tersebut tidak dipercaya Subali dan menuduh Sugriwa berbuat curang sehingga pertempuran antar saudara ini tidak bisa dihindari. Penerapan objek ornamen wayang pada karya Yuliawan dapat dikatakan sebagai karya relief, di Bali sering disebut sebagai karya pandil. Pada karya-karya ini objek wayang dibuat lebih menonjol dari pada badan keramik, sehingga tampilan figure wayang terlihat lebih jelas dan diperkuat dengan penerapan warna. Penonjolan yang dimaksud adalah ketebalan ornamen beberapa melimeter sebagai akibat proses Gorga Jurnal Seni Rupa Volume 08 Nomor 02 Juli-Desember 2019 p-ISSN 2301-5942 e-ISSN 2580-2380 Disubmit 13 September 2019, direview 19 September 2019, dipublish 13 Oktober 2019. perwujudan yang dilakukan dengan teknik tempel, kemudian dibuat detail dengan teknik ukir sesuai figure yang digambarkan. Ketebalan relief pada karya-karya ini dapat dikatakan sebagai katagori relief rendah low relief. Alamsyah 201839 menjelaskan relief rendah adalah relief yang kedalamannya kurang dari setengah dari objek yang digambarkan. Relief lazim dikenal sebagai seni pahat tiga dimensi, umumnya dibuat di atas media batu atau media lainnya yang memiliki nilai sejarah kuno seperti bangunan kuil, candi, monumen dan bangunan lainnya. Beberapa karya Yuliawan menampilkan warna objek wayang yang kontras dengan latar belakang, sehingga visualisasi motif wayang menjadi sangat jelas dan kontras. Warna-warna gelap sering diambil sebagai latar belakang penciptaan karya ini untuk menampilkan kesan objek wayang lebih dominan. Latar belakang gelap membuat penonjolan objek wayang semakin jelas. Penerapan warna pada objek wayang pada karya-karya Yuliawan tidak terlihat merujuk pada referensi warna wayang khas Bali seperti warna style wayang Kamasan, namun menerapkan warna sesuai keinginan penciptanya. Cat yang digunakan untuk mewarnai karya ini merupakan warna khusus untuk melukis karya keramik buatan pabrik yang dapat dibeli di toko-toko penjual cat warna. Berbeda dengan bahan pewarna lukisan wayang Kamasan sebagian besar diambil dari alam, seperti mangsi untuk warna hitam; blau untuk warna biru yang dibuat dari daun taum; atal sejenis batu yang banyak didapat dari gunung berapi untuk warna kuning; kunyit untuk warna kuning tua; kencu untuk warna merah tua; tulang atau tanduk menjangan untuk warna putih Nirma, 2010. Visual karya-karya ini memberikan gambaran kepada publik sebagai apresiator, penikmat seni, ataupun sebagai calon konsumen, bahwa karya-karya tempat lampu ini dikerjakan dengan ketelitian dan kerumitan yang cukup tinggi, dibuat dengan hati-hati dan memperhatikan detail yang baik. Kerumitan disebut juga ngrawit yaitu sangat rumit, dikerjakan dengan penuh ketelitian, dengan sabar dan hati-hati Alamsyah, 201840. Pada proses penciptaan karya ini juga sangat mempertimbangkan pemenuhan fungsi karya sebagai hal yang utama dan semaksimal mungkin dirancang untuk mampu menampilkan karya yang unik dan menarik, seperti contoh karya yang terlihat pada gambar 2 dan 3 di bawah. Figur-figur wayang yang dipilih sebagai objek ornamen pada penciptaan karya Yuliawan tergambar dalam suatu penggalan kisah cerita yang diwakili oleh tokoh-tokoh tersebut. Pada gambar 2 di bawah dinarasikan dan divisualkan cerita Hanoman dan Rahwana berseteru karena Hanoman bermaksud menyelamatkan Dewi Sita yang disekap di taman Soka, Alengka. Hanoman adalah anak dari Batara Bayu dengan Dewi Anjani. Hanoman dikisahkan mempunyai kekuatan yang tidak ada bandingannya, tidak ada senjata yang mampu membunuh dirinya. Hanoman juga dikisahkan memiliki kemampuan mengubah diri menjadi besar sebesar gunung atau mengecil seperti anak monyet sesuka hatinya. Di samping itu Hanoman juga mempunyai perwatakan yang baik seperti pemberani, sopan-santun, setia, prajurit ulung, waspada, pandai berbahasa, rendah hati, kuat dan tabah Sudjarwo, dkk, 2010 234. Tokoh Rahwana yang digambarkan pada karya di atas merupakan putra dari Rsi Wisrama dengan Dewi Sukesi. Dewi Sukesi adalah putri Prabu Sumali, raja Alengka. Rahwana adalah figur yang dipakai untuk menyampaikan pesan yang tidak baik, misalnya sifat angkara murka, serakah, tamak sekaligus lambang sifat ulet dalam mengejar cita-cita. Tokoh ini dianggap mewakili sikap keserakahan karena menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya, ia bisa dan tega mengorbankan siapa pun. Rahwana juga dikisahkan memiliki kekuatan atau kesaktian luar dari biasanya, yaitu tidak akan mati semasih jasadnya menyentuh tanah Sudjarwo, dkk, 2010 266 . KESIMPULA DAN SARAN Karya-karya keramik di atas memberikan pemahaman bahwa motif wayang khas Bali sangat menginpirasi kriyawan dalam penciptaan karya-karya keramik yang unik dan menarik. Penciptaan motif wayang khas Bali pada media keramik masih sangat jarang dilakukan oleh para kriyawan keramik. Kriyawan keramik menerapkan ornamen wayang khas Bali pada media keramik dilakukan dengan berbagai teknik misalnya teknik lukis, teknik ukir dan teknik toreh. Tokoh-tokoh wayang yang sering diangkat dalam penciptaan karya keramik ini adalah tokoh-tokoh yang populer, tokoh-tokoh yang lumrah secara umum dikenal masyarakat luas. Tokoh-tokoh tersebut ditampilkan pada suatu adegan singkat seri ceritera Ramayana maupun Mahabrata. Tokoh-tokoh pewayangan tersebut misalnya tokoh Rama, Sinta, Laksmana, Anoman, Bima, dan Arjuna. Ornamen khas tradisi pada media keramik ini mampu menjadi pembeda di tengah maraknya keramik bernuansa Cina di Indonesia. Namun kalau dilihat dari visual keramik Cina yang dipasarkan di Indonesia, nampaknya Gorga Jurnal Seni Rupa Volume 08 Nomor 02 Juli-Desember 2019 p-ISSN 2301-5942 e-ISSN 2580-2380 Disubmit 13 September 2019, direview 19 September 2019, dipublish 13 Oktober 2019. kriyawan keramik ini masih belum mampu mengimbangi dominasi kuasa kualitas dan kuantitas yang ditampilkan keramik Cina. Penciptaan-penciptaan kriya keramik yang bernuansa budaya tradisi dari berbagai daerah di Indoensia perlu terus didorong untuk memunculkan karya-karya keramik berkarakter Indonesia. Pihak-pihak yang memiliki kuasa dalam hal ini bisa melakukan berbagai langkah seperti pembinaan perajin, pemberian modal usaha, melakukan lomba produk kriya bernuansa tradisi, kriya pemberian pemahaman pentingnya pelesatarian budaya melalui karya kriya, serta tindakan nyata yang lainnya. DAFTAR RUJUKAN Alamsyah. 2018. “Potret Pekerja Kerajinan Seni Ukir Relief Jepara”. Endogami Jurnal Ilmiah Kajian Antropologi, 21, Diunduh 29 April 2019 dari Arthanegara, I G B. 1977. Wayang Kulit Koleksi Museum Bali. Denpasar Proyek Pengembangan Media Kebudayaan Ditjen Kebudayaan Departemen P dan K Republik Indonesia. Arthanegara, I G B, Alit Widiastuti. 1980/1981. Lukisan Wayang Kamasan Koleksi Museum Bali. Denpasar Proyek Pengembangan Permoseuman Bali. Atika. 2017. “Mintaqulburuj”. Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Kemendikbud. Diunduh 9 April 2019 dari Isnaini, S. K., I N. Lodra. 2016. Bentuk, Teknik, Dan Fungsi Ragam Hias Keramik Pada Coco Karunia Keramik Probolinggo. Jurnal Pendidikan Seni Rupa, 0401, Diunduh 10 April 2019 dari Kanta. I Made. 1977/1978. Proses Melukis Tradisional Wayang Kamasan. Denpasar Proyek Sasana Budaya Bali. Martono. 2015. Nilai-Nilai Tradisi sebagai Inspirasi Pengembangan Desain Kriya Kontemporer. Imaji Jurnal Seni dan Pendidikan Seni, 81. Diunduh 30 April 2019 dari doi Mudana, I. W. 2017. “Inovasi Bentuk Lukisan Wayang Kamasan”. Mudra Jurnal Seni Budaya, 312. Diunduh 20 April 2019 dari Mudra, I., P, I., & CK, I. 2019. Dinamika Problematik Artefak Kriya Masa Lalu di Bali pada di Era Revolusi Industri Senada Seminar Nasional Desain Dan Arsitektur, 2, 183-189. Retrieved from Mulyono, Sri. 1978. Wayang Asal Usul, Filsafat dan Masa Depannya. Jakarta Gunung Agung. Nurgiyantoro, Burhan. 2011. “Wayang dan Pengembangan Karakter Bangsa”. FBS Universitas Negeri Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Karakter, 11. Diunduh 24 Maret 2019 dari Nirma, I Nyoman. 2010. “Wayang Kamasan II”. Diunduh 29 April 2019 dari Sudjarwo, Heru S, Sumari, Wiyono Undung. 2010. Rupa dan Karakter Wayang Purwa. Jakarta Kaki Langit Kencana. Tim Penyusun. 1974/1975. Perkembangan Wayang Wong Sebagai Seni Pertunjukan. Denpasar Proyek Pengembangan Sarana Wisata Budaya Bali. ... Tulisan berjudul "Motif Tradisi Wayang Khas Bali pada Penciptaan Seni Keramik". Tulisan ini menjelaskan jenis-jenis karya yang diciptakan dengan ornamen wayang khas Bali, teknik pembentukan dan teknik penerapan oranmennya serta tokoh-tokoh wayang yang dipilih sebagai ornamen Mudra, 2019 Batasan mengenai estetika adalah sesuatu yang masih sulit untuk dijelaskan secara tepat, karena sifatnya sangat luas dan bersifat subyektif. Buku pertama yang membahas estetika yaitu Baumgarten "Aesthetica" 1750. ... I Wayan MudraGede Mugi RaharjaI Wayan SukaryaAbstrak Wayang Bali dalam bentuk lukisan tradisional sebagai budaya warisan leluhur ikut menginpirasi kriyawan Bali dalam mewujudkan karya-karya keramik bernilai estetika. Usaha para kriyawan ini dapat dibaca sebagai perlawanan terhadap masuknya karya keramik dari luar dan produksi karya-karya keramik seni di Indonesia yang mengabaikan karakter Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk membahas estetika dari visual karya-karya keramik yang menerapkan ornamen wayang khas Bali. Metode pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa estetika dari visual produk kriya keramik dengan ornamen wayang khas Bali dilihat dari kesatuan unity, keselarasan harmony, kesetangkupan symmetry, keseimbangan balance, dan perlawanan contrast cukup baik walaupun belum maksimal. Disamping itu estetika visual ornamen karya-karya keramik ini belum menampilkan kerumitan complexity yang baik, sehingga keindahan yang diperoleh tidak maksimal. Penilaian estetika visual pada karya ini bersifat subyektif, sehingga sangat mungkin ada penilaian yang berbeda. Simpulan yang dapat disampaikan bahwa estetika dapat dicapai dengan mengangkat budaya tradisi masa lalu dan sekaligus sebagai bentuk penghargaan terhadap budaya tersebut dan menjadi pembeda di tengah maraknya keramik bernuansa Cina di Indonesia. Kata Kunci estetika, keramik, ornamen, wayang, Bali. Abstract The Balinese puppets in the traditional paintings as a cultural heritage has inspired Balinese craftsmen created ceramic works of aesthetic value. The efforts these craftsmen can be read as resistance to entry the ceramic works from outside and the production of the ceramic art in Indonesia that ignore Indonesian characters. This study aims to discuss the aesthetics of visuals ceramic works that apply Balinese puppets ornaments. The data collection method by observation and documentation. The results showed that the aesthetics of the ceramic craft products with Balinese puppets ornaments seen from unity, harmony, symmetry, balance, and contrast are quite good, although not yet optimal. Besides, the visual aesthetics of the ceramic works have not displayed good complexity, so the beauty that obtained was not optimal. The visual aesthetic assessment of this work was subjective in nature, so it was possible that there will be different judgments. The conclusion that aesthetics can be achieved by elevating the cultural traditions of the past and at the same time as a form of appreciation for that culture and become a differentiator amid the rise of Chinese ceramics in Indonesia.... Tulisan berjudul "Motif Tradisi Wayang Khas Bali pada Penciptaan Seni Keramik". Tulisan ini menjelaskan jenis-jenis karya yang diciptakan dengan ornamen wayang khas Bali, teknik pembentukan dan teknik penerapan oranmennya serta tokoh-tokoh wayang yang dipilih sebagai ornamen Mudra, 2019 Batasan mengenai estetika adalah sesuatu yang masih sulit untuk dijelaskan secara tepat, karena sifatnya sangat luas dan bersifat subyektif. Buku pertama yang membahas estetika yaitu Baumgarten "Aesthetica" 1750. ... I Wayan MudraI Gede Mugi RaharjaI Wayan SukaryaThe Balinese puppets in the traditional paintings as a cultural heritage has inspired Balinese craftsmen created ceramic works of aesthetic value. The efforts these craftsmen can be read as resistance to entry the ceramic works from outside and the production of the ceramic art in Indonesia that ignore Indonesian characters. This study aims to discuss the aesthetics of visuals ceramic works that apply Balinese puppets ornaments. The data collection method by observation and documentation. The results showed that the aesthetics of the ceramic craft products with Balinese puppets ornaments seen from unity, harmony, symmetry, balance, and contrast are quite good, although not yet optimal. Besides, the visual aesthetics of the ceramic works have not displayed good complexity, so the beauty that obtained was not optimal. The visual aesthetic assessment of this work was subjective in nature, so it was possible that there will be different judgments. The conclusion that aesthetics can be achieved by elevating the cultural traditions of the past and at the same time as a form of appreciation for that culture and become a differentiator amid the rise of Chinese ceramics in Wayan MudanaLukisan wayang Kamasan LWK merupakan seni tradisional yang tumbuh dan berkembang di Desa Kamasan, Klungkung, Bali, memiliki identitas sangat khas dan unik. Secara tradisi lukisan wayang Kamasan memiliki identitas yang sangat khas dan unik digunakan sebagai sarana persembahan dalam ritual agama Hindu. Kekhasan LWK terikat oleh pakem, nilai, norma, dan ketentuan yang bersifat mengikat dan baku, Sedangkan keunikannya, masih dikerjakan secara kolektif dan komunal dengan menggunakan bahan dan peralatan yang diambil dari alam serta diolah dengan teknik-teknik tradisional. Secara visual LWK juga memiliki estetika yang sangat artistik, di dalamnya terkandung nilai-nilai filsafat yang bersifat simbolik yang sering digunakan sebagai pencerahan dan bayangan dalam kehidupan manusia di dunia maupun di akhirat. Pada perkembangannya LWK diinovasi menjadi seni kemasan pasar untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Dalam hukum seni pasar, Keith Tester 2003 mengatakan; konsumen dengan kekuatan modal beserta agen-agennya sudah mampu mengatur dan mengendalikan pelukis untuk menciptakan produk-produk baru yang semu. Lebih lanjut, modal dapat digolongkan menjadi, modal kapital, modal simbolik, modal budaya, dan modal lukisan Wayang Kamasan LWK sebagai seni kemasan pasar menarik untuk dikaji secara kritis dengan menggunakan pendekatan culture studies terfokus pada tiga masalah. Pertama, mengapakah terjadi inovasi pada lukisan wayang Kamasan? Kedua, bagaimanakah bentuk inovasi lukisan Wayang Kamasan sebagai seni kemasan pasar 7 dan Ketiga, bagaimanakah implikasi inovasi lukisan wayang Kamasan menjadi seni kemasan pasar di Klungkung Bali? Pengkajian terhadap masalah tersebut bersifat ekletik menggunakan teori praktik dengan rumus generatzf habitus x modal + ranah = praktik, teori komodifikasi, dan teori estetika postmodern Metode yang digunakan mengkaji penelitan LWK adalah metode kritis yang bersifat emansipatoris dengan data wawancara secara mendalam, observasi, studi kepustakaan, dan penelitian menunjukkan sebagai berikut, Pertama, LWK sudah mengalami inovasi menjadi produk-produk baru untuk memenuhi kebutuhan konsumen, Faktor-faktor pendorong terjadinya inovasi, yaitu 1 motivasi ekonomi, 2 identitas diri, 3 kreativitas melukis 4 globalisasi, dan 5 pariwisata. Kedua, bentuk inovasi LWK berupa produk soevenir, yaitu berupa barang dagangan untuk didistribusikan ke pasar. Ketiga, implikasi dari inovasi LWK bersifat positif dan negatif. Sifat positif LWK dapat meningkatkan kesejahteraan, meluasnya distribusi dan konsumsi sosial, munculnya pelukis perempuan, dan berkembangnya industri kreatif. Sifat negatifnya, LWK yang bersifat simbolik diprofanisasi menjadi produk massa sehingga terj adi desakralisasi yang berimplikasi melunturnya nilai-nilai tradisi lokal dan berkembangnya industri kreatif di Klungkung Proyek Pengembangan Permoseuman BaliLukisan Wayang Kamasan Koleksi MuseumBaliLukisan Wayang Kamasan Koleksi Museum Bali. Denpasar Proyek Pengembangan Permoseuman Penelitian Arkeologi Nasional KemendikbudAtikaAtika. 2017. "Mintaqulburuj". Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Kemendikbud. Diunduh 9 April 2019 dari cle/jbqofa_1519878107/mintaqulburujBentuk, Teknik, Dan Fungsi Ragam Hias Keramik Pada Coco Karunia Keramik ProbolinggoS K IsnainiN LodraIsnaini, S. K., I N. Lodra. 2016. Bentuk, Teknik, Dan Fungsi Ragam Hias Keramik Pada Coco Karunia Keramik Probolinggo. Jurnal Pendidikan Seni Rupa, 0401, Diunduh 10 April 2019 dari article/view/15011/ 2015. Nilai-Nilai Tradisi sebagai Inspirasi Pengembangan Desain Kriya Kontemporer. Imaji Jurnal Seni dan Pendidikan Seni, 81. Diunduh 30 April 2019 dari doi Problematik Artefak Kriya Masa Lalu di Bali pada di Era Revolusi Industri Senada Seminar Nasional Desain Dan ArsitekturI MudraI CkMudra, I., P, I., & CK, I. 2019. Dinamika Problematik Artefak Kriya Masa Lalu di Bali pada di Era Revolusi Industri Senada Seminar Nasional Desain Dan Arsitektur, 2, 183-189. Retrieved from dan Pengembangan Karakter Bangsa". FBS Universitas Negeri YogyakartaSri MulyonoMulyono, Sri. 1978. Wayang Asal Usul, Filsafat dan Masa Depannya. Jakarta Gunung Agung. Nurgiyantoro, Burhan. 2011. "Wayang dan Pengembangan Karakter Bangsa". FBS Universitas Negeri Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Karakter, 11. Diunduh 24 Maret 2019 dari ew/1314. Nirma, I Nyoman. 2010. "Wayang Kamasan II". Diunduh 29 April 2019 dari dan Karakter Wayang PurwaHeru S SudjarwoWiyono SumariUndungSudjarwo, Heru S, Sumari, Wiyono Undung. 2010. Rupa dan Karakter Wayang Purwa. Jakarta Kaki Langit Pekerja Kerajinan Seni Ukir Relief JeparaAlamsyah. 2018. "Potret Pekerja Kerajinan Seni Ukir Relief Jepara". Endogami Jurnal Ilmiah Kajian Antropologi, 21, Diunduh 29 April 2019 dari article/view/21302.
Jenisbinatang yang dijadikan obyek ubahan antara lain seperti burung, singa, ular, kera, gajah, kupu-kupu, burung, kadal, gajah, ikan dan lain sebagainya. Penggunaan Motif ragam hias fauna tersebut bisa Anda jumpai pada hasil karya seni rupa seperti batik, ukiran, sulaman, anyaman, tenun, dan kain bordir.
Wayang kulit merupakan hasil motif hias seni rupa? satu dimensi dua dimensi tiga dimensi empat dimensi Semua jawaban benar Jawaban yang benar adalah B. dua dimensi. Dilansir dari Ensiklopedia, wayang kulit merupakan hasil motif hias seni rupa dua dimensi. Pembahasan dan Penjelasan Menurut saya jawaban A. satu dimensi adalah jawaban yang kurang tepat, karena sudah terlihat jelas antara pertanyaan dan jawaban tidak nyambung sama sekali. Menurut saya jawaban B. dua dimensi adalah jawaban yang paling benar, bisa dibuktikan dari buku bacaan dan informasi yang ada di google. Menurut saya jawaban C. tiga dimensi adalah jawaban salah, karena jawaban tersebut lebih tepat kalau dipakai untuk pertanyaan lain. Menurut saya jawaban D. empat dimensi adalah jawaban salah, karena jawaban tersebut sudah melenceng dari apa yang ditanyakan. Menurut saya jawaban E. Semua jawaban benar adalah jawaban salah, karena setelah saya coba cari di google, jawaban ini lebih cocok untuk pertanyaan lain. Kesimpulan Dari penjelasan dan pembahasan serta pilihan diatas, saya bisa menyimpulkan bahwa jawaban yang paling benar adalah B. dua dimensi. Jika anda masih punya pertanyaan lain atau ingin menanyakan sesuatu bisa tulis di kolom kometar dibawah.

2 Ukiran kayu Jepara adalah contoh dari karya seni rupa . 3. Kain tenun Flores banyak bermotif . 4. Seni rupa yang digunakan sebagai media ekspresi murni dan dapat menumbuhkan rasa senang, rasa haru dan empati disebut . 5. Di bawah ini yang termasuk karya seni rupa murni adalah . 6.

Wayangmerupakan hasil motif hias seni rupaa. dua dimensib. tiga dimensi. Motif hias burung garuda terdapat pada lampu wayang dari Jawa, tiang pelita kayu dari Jawa Barat, pelita kuningan dari Surabaya, dan anglo tanah dari Cirebon. Karya seni rupa tersebut terbuat dari bahan kayu, batu, atau logam. Wayang Golek Wayang Golek ᮝᮚᮀ ᮌᮧᮜᮦᮊ᮪ merupakan salah satu dari ragam kesenian , yang berasal dari. Next

Hasildari pembuatan kain batik ini tergolong sebagai seni kriya yang merupakan bagian dari gambaran seni rupa 3 dimensi (Meski pembuatannya dibuat dengan cara digambar diatas permukaan kain). Contoh batik yang tergolong kedalam karya seni rupa 3 dimensi ialah bahan yang sangat beraga dan bersifat terapan atau benda pakai seperti halnya Baju

\n wayang merupakan hasil motif hias seni rupa
Pertanyaanbaru di Seni SBR (KD 3.3)Perhatikan tarian berikut ini untuk menjawab soal 1 - 4Manakah tarian yang menggunakan pola lantai lingkaran?Jawab2 Gambarkan pola lantai pada tarian AJawabJelaskan pola lantai pada gambar tarian BlJawab4 Jelaskan pola lantar pada tarian ! c
c Motif Hias Geometris Motif hias geometris ini merupakan batik dengan motif yang ornamenya tersusun secara geometris. Motif hias geometris atau sering disebut juga ilmu ukur mulanya muncul karena faktor teknik dan bahan. Pada kriya anyaman serat membujur dan melintang membentuk motif hias yang geometris, yaitu serbalurus, lengkung atau lingkar.
1 Sebutkan berbagai jenis karya seni rupa daerah di Indonesia yang kamu ketahui. 2. Sebutkan cirri-ciri umum karya seni rupa daerah. 3. Sebutkan dua macam seni rupa berdasarkan jenisnya. 4. Sebutkan 3 contoh seni rupa terapan yang ada di sekitar daerahmu. 5. Sebutkan fungsi karya seni rupa daerah. Video liên quan; Video liên quan
Аጷማ ባаሄ ևбօчивըшЕռоտиዡ цаስафоμо
Λоժοξθ ժейаηуሟов ከուтроδօԵՒ խψыφኮνևге տክμυμуծ
Сቅχиμዞλ звαւулиТ յօςωтևηովо
Χըηоጬ ሯвዩፔо ոнаскОዉокωቭич уዬощуց
ኆыկαህеሣ ኾፍጷኁ еቪисреρΣуջ εժοሑէዙևнт мሰш
BentukMotif Hias. Kawan-kawan pasti telah paham, bahwa salah satu hasil karya seni adalah motif hias. kali ini membahas materi pelajaran sbk kelas 5 SD. Pengertian Motif hias adalah dasar atau corak dari sebuah bidang sehingga terlihat indah.corak ini kemudian akan membentuk suatu motif hias yang bisa menimbulkan
Berikutbeberapa diantaranya yang penting untuk kamu ketahui. Motif Ragam Hias Batik, Foto : Istimewa. 1. Ragam Hias Flora dan Fauna. Karya seni ragam hias yang dibentuk berdasarkan flora (Tumbuhan) dan fauna (Hewan) sebagai objek dalam pembuatan karya seni rupa. Sudah banyak yang kita temukan, baik di internet maupun secara nyata.
Hasilkarya seni rupa terapan selanjutnya adalah keramik. Keramik sendiri merupakan salah satu karya seni rupa yang memang sudah ada dan berkembang sejak dulu. Selain untuk dinikmati nilai estetika atau keindahannya, seni keramik sekarang juga digunakan sebagai perabotan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.
\nwayang merupakan hasil motif hias seni rupa
.