🦭 Puisi Soe Hok Gie Lembah Mandalawangi

Berita Baru, Kolom - Soe Hok Gie (17 Desember 1942-16 Desember 1969) adalah seorang aktivis keturunan Tionghoa-Indonesia yang menentang kediktatoran
Soe Hok Gie . From Soe Hok Gie With Love Hari ini aku lihat kembali wajah-wajah halus yang keras yang berbicara tentang kemerdekaan dan demokrasi dan bercita-cita menggulingkan tiran aku mengenali mereka yang tanpa tentara mau berperang melawan diktator dan yang tanpa uang mau memberantas korupsi kawan-kawan kuberikan padamu cintaku dan maukah Soe Hok Gie yang diperankan oleh Nicholas Saputra (Foto: Satwikobudiyono.wordpress.com) Judul : Gie Tahun Atau tentang bunga-bunga yang manis di lembah Mandalawangi Ada serdadu-serdadu Amerika yang mati kena bom di Danang Ada bayi-bayi yang mati lapar di Biafra Tapi aku ingin mati disisimu, manisku Setelah kita bosan hidup dan terus bertanya-tanya Tentang tujuan hidup yang tak satu setan pun tau Mari sini, sayangku
Lembah Mandalawangi sendiri ialah wisata unggulan di gunung Pangrango, yakni suatu lembah yang diisi dan dihiasi oleh bunga abadi, bunga Edelweis. Lembah Mandalawangi ialah tempat kesayangan mendiang Soe Hok Gie, bahkan di lembah Mandalawangi ini, Soe Hok Gie tidak sedikit menyebutkan puisi. Salah satu puisi Soe Hok Gie mengenai Mandalawangi
\n \n \n \n\n \n puisi soe hok gie lembah mandalawangi
Tujuan kami tak lain Mandalawangi, lembah yang luasnya kalah jauh dibanding Suryakencana di Gunung Gede. Namanya pun kalah fenomenal, kendati akrab di telinga orang-orang melalui puisi Gie. Hanya butuh sedikit tambahan penantian, sekitar 5 menit menjauh dari puncak, untuk kemudian penantian itu dibayar lebih dengan kecantikan tak terpermanai
\n\n puisi soe hok gie lembah mandalawangi

Soe Hok Gie: Yang Muda Yang Bercinta Pada Tulisan tentang Shoe hok gie yang kedua ini, saya akan menulis tentang Shoe hok gie dari sisi yang lain. Shoe hok gie sendiri adalah manusia biasa, ditengah pertentangan politik dinegeri ini pada saat itu, Gie pun banyak bercerita tentang hubungan cinta dengan beberapa gadis dalam buku hariannya.

\n\n puisi soe hok gie lembah mandalawangi
Banyak karya puisi yang telah di buat oleh soe hok gie, untuk itu dalam kesempatan kali ini kami akan memberikan puisi-puisi soe hok gie. Seperti berikut ini : Kumpulan puisi karya soe hok gie terkenal. MANDALAWANGI — PANGRANGO. Senja ini, ketika matahari turun ke dalam jurang-jurangmu aku datang kembali ke dalam ribaanmu, dalam sepimu dan

Soe Hok Gie legenda sekaligus icon bagi kaum intelektual muda Indonesia Sebuah buku dokumentasi catatan harian seorang intelektual muda Indonesia (bernama Soe Hok-Gie) yang ditulis ketika dia berumur 15-27 tahun (1957-1969), tepat pada sebuah era dimana bangsa Indonesia mengalami pergulatan politik dan sejarah yang paling gelap sekaligus paling mencekam dalam sejarah bangsa Indonesia.

Nama Soe Hok Gie adalah dialek Hokkian dari namanya Su Fu-yi dalam bahasa Mandarin (Hanzi: 蘇福義). Leluhur Soe Hok Gie sendiri adalah berasal dari Provinsi Hainan, Republik Rakyat Cina. Ia adalah seorang anak muda yang berpendirian yang teguh dalam memegang prinsipnya dan rajin mendokumentasikan perjalanan hidupnya dalam buku harian.

Selepas dari SMP, ia berhasil masuk ke Sekolah Menengan Atas (SMA) Kanisius jurusan sastra. Sedang kakaknya, Hok Djin, juga melanjutkan di sekolah yang sama, tetapi lain jurusan, yakni ilmu alam. Selama di SMA inilah minat Soe Hok Gie pada sastra makin mendalam, dan sekaligus dia mulai tertarik pada ilmu sejarah.

Puisi Soe Hok Gie di Lembah Kasih. Pesona Lembah Mandalawangi adalah tanda kebesaran-Nya. Di lembah ini pula, seorang aktivis legendaris tahun 60-an, Soe Hok Gie terpikat pesonanya. Semasa hidupnya, lulusan sastra Universitas Indonesia (UI) itu tidak hanya kritis dengan ide-ide revolusioner, tapi juga piawai menulis puisi.
Halo, Gie. Aku menulis ini ketika malam hari. Jadi, selamat malam untukmu. Beberapa minggu yang lalu aku baru saja berkenalan denganmu. Tentunya dengan membaca buku-buku yang berkaitan denganmu…
\n\n \n \n\n puisi soe hok gie lembah mandalawangi
Akhirnya semua akan tiba pada suatu hari yang biasa Aada suatu ketika yang telah lama kita ketahui Apakah kau masih selembut dahulu Memintaku minum susu dan tidur yang lelap Sambil membenarkan letak leher kemejaku Kabut tipispun turun pelan-pelan di lembah kasih Lembah Mandalawangi Kau dan aku tegak berdiri, melihat hutan-hutan yang menjadi suram Meresapi belaian… .